Kamis, 19 Desember 2013

persepsi konsumen


                             TUGAS SOFTSKILL
“PERSEPSI KONSUMEN”



KELOMPOK 4
ANGGOTA:
·      ANDI PAMELYA RIFHADINI (10211740)
·      ANNISA AYU DIRAHMA (10211952)
·      EKA SEFTRI RIANI SUBALI (12211359)
·      NINDIA RIANASARI (15211181)
·      PUTRI AYUNIAH (15211637)

3EA14
Persepsi Konsumen
Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan menafsirkan rangsangan menjadi sebuah gambar yang bermakna dan koheren dunia. Bagaimana kita melihat dunia di sekitar kita.
Berbagai Konsep Penting Mengenai Persepsi Selektif
                Pemilihan stimuli konsumen dari lingkungan berdasarkan pada interaksi berbagai harapan dan motif mereka dengan stimulus itu sendiri. Prinsip persepsi yang selektif meliputi konsep-konsep berikut ini: pembukaan diri yang selektif, perhatian yang selektif, pertahanan terhadap persepsi, dan halangan persepsi.
PENGELOMPOKAN PERSEPSI
                Para konsumen mengorganisasikan semua persepsi mereka menjadi satu keseluruhan. Prinsip-prinsip khusus yang mendasari pengelompokkan persepsi seringkali disebut psikologi Gestalt. Tiga prinsip yang paling dasar adalah figur dan dasar, pengelompokan, dan penyelesaian.
INTERPRETASI PENAFSIRAN PERSEPSI
                Penafsiran stimuli sangat subyektif dan didasarkan pada apa yang diharapkan konsumen untuk dilihat dari pengalaman sebelumnya, banyaknya penjelasan yang masuk akal yang dapat dibayangkannya, motif dan minat pada waktu timbulnya persepsi, dan kejelasan stimulus itu sendiri. Pengaruh yang cenderung menyimpangkan penafsiran yang obyektif diantaranya:
  • Penampilan fisik,
  • Stereotip,
  • Berbagai petunjuk (isyarat) yang tidak relevan,
  • Kesan pertama, dan
  • Kecenderungan mengambil keputusan yang terlalu cepat.
BERBAGAI CITRA KONSUMEN
                Sebagaimana para Individu merasakan citra diri sendiri, mereka juga merasakan citra produk dan citra merk. Produk dan merk mempunyai nilai simbolis bagi individu, yang menilainya atas dasar konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi mengenai diri sendiri.
PENGATURAN ULANG POSISI PRODUK
                Citra yang dipunya produk tertentu dalam pikiran konsumen yaitu pengaturan posisinya, yang mungkin lebih penting bagi sukses akhir daripada karakteristik produk yang sebenarnya. Produk dan jasa yang dirasa menyenangkan mempunyai peluang yang jauh lebih baik untuk dibeli daripada produk dan jasa yang mempunyai citra tidak menyenangkan atau netral. Tanpa memperhatikan seberapa baik posisi produk tertentu, pemasar mungkin terpaksa mengatur ulang posisi produk untuk merespon peristiwa pasar (seperti pesaing mengurangi pangsa pasar merknya), atau memenuhi perubahan kelebih-sukaan konsumen, dan lain sebagainya.
PENGATURAN POSISI JASA
                Dibandingkan dengan perusahaan pabrikan, para pemasar jasa menghadapi beberapa masalah yang unik dalam mengatur posisi dan mempromosikan penawaran. Karena jasa tidak dapat dilihat, citra menjadi faktor kunci dalam membedakan faktor jasa dari para pesaingnya. Dengan demikian, tujuan pemasaran adalah untuk memungkinkan konsumen menghubungkan suatu citra khusus dengan merk khusus.
PANDANGAN ATAU PERSEPSI MENGENAI HARGA
                Bagaimana konsumen memandang harga tertentu (tinggi, rendah, wajar) mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan membeli. Para konsumen mengandalkan harga acuan internal maupun eksternal ketika menilai kewajaran harga. Harga acuan adalah setiap harga yang digunakan konsumen sebagai dasar perbandingan dalam menilai harga lain. Harga acuan internal adalah harga-harga (rentang harga) yang didapat kembali oleh konsumen dari ingatan.
Elemen Persepsi dibagi menjadi 4, yaitu :
1.       Sensasi
Sensai merupakan respon yang segera dan langsung dari alat pancaindera terhadap stimuli yang sederhana (iklan, kemasan, merk). Stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh panca indera. Kepekaan konsumen merujuk pada pengalaman berupa sensasi. Kepekaan terhadap stimuli berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kualitas indera penerima individu dan besarnya atau intensitas stimulasi yang dialaminya.

2.       Ambang Batas Absolut
Tingkat terendah dimana seseorang dapat mengalami sensasi disebut ambang absolut. Titik dimana seseorang dapat mengetahui perbedaan antara “ada sesuatu” dan “tidak ada apa-apa” merupakan ambang absolut orang itu terhadap stimulus tersebut. Dalam bidang persepsi, istilah penyesuaian diri khususnya merujuk pada “menjadi terbiasa” terhadap sensasi dan tingkat stimulasi tertentu.

3.       Ambang Diferensial atau JND ( Just Noticeable Difference)
Perbedaan terkecil (minimal) yang dapat dirasakan antara dua macam stimuli yang hampir serupa disebut ambang diferensial atau just noticeable difference (perbedaan yang masih dapat dilihat) disingkat j.n.d. Ernest Weber seorang ilmuwan Jerman abad 19 menemukan bahwa j.n.d. antara dua stimuli tidak merupakan jumlah absolut tetapi jumlah relative atas intensitas stimulus pertama. Hukum Weber menyatakan bahwa semakin besar stimulus pertama, semakin besar intensitas tambahan yang dibutuhkan supaya stimulus kedua dapat dirasakan perbedaannya. Sebagai contoh, kenaikan $100 pada harga sebuah mobil mungkin tidak akan diperhatikan, tetapi kenaikan $1 pada harga premium (bensin) segera akan menjadi perhatian para konsumen, karena merupakan persentase yang berarti dari harga bensin sebelum terjadi kenaikan harga.

Aplikasi JND ke pemasaran
Para produsen dan pemasar berusaha menetapkan j.n.d. yang relevan untuk produk mereka karena dua alasan yang sangat berbeda yaitu:

a.       Supaya berbagai perubahan negatif (misalnya, pengurangan ukuran atau kualitas produk, atau peningkatan harga produk) tidak dapat dengan mudah dilihat oleh publik (tetap dibawah j.n.d.).
b.      Supaya perbaikan produk (seperti kemasan yang diperbaharui, ukuran yang diperbesar, atau harga yang lebih rendah) sangat jelas bagi para konsumen tanpa pemborosan yang tidak berguna (berada di tingkat atau sedikit di atas j.n.d.).

4.       Persepsi Subliminal
Adalah persepsi yang timbul oleh stimulus yang berada di bawah ambang batas atau elemen kesadaran walaupun jelas tidak di bawah ambang batas absolut. Contoh persepsi sublimal yaitu :
a.       1957: Drive-In Movie Theater
b.      1974: Publikasi Seduction Subliminal
c.       1990: Tuduhan terhadap Disney
- Apakah Persuasi Subliminal Efektif? Penelitian yang ekstensif telah menunjukkan tidak ada bukti bahwa iklan subliminal dapat menyebabkan perubahan perilaku. Beberapa bukti bahwa rangsangan subliminal dapat mempengaruhi reaksi afektif.
            Delta I = I x K

 
Hukum weber : Sebuah teori mengenai diferensiasi yang dirasakan antara rangsangan yang sama dari berbagai intensitas (yaitu, semakin kuat stimulus awal, semakin besar intensitas tambahan yang dibutuhkan untuk stimulus kedua dianggap sebagai yang berbeda).

Delta I = JND, perbedaan terkecil dari intensitas stimulus yang diperlukan untuk menghasilkan JND
I = Intensitas stimulus awal sebelum ada perubahan
K= Konstanta yang menggambarkan proporsi jumlah perubahan dalam stimulus yang diperlukan agar bisa dirasakan. Nilai K akan berbeda antara pancaindra.
PRODUK
I (Harga Awal)
Perubahan Harga
K (% perubahan)
Harga Akhir
Beras Rojolele
Rp. 4000,00/Kg
Rp. 400,00
10%
Rp. 3600,00
Pizza Hut Large
Rp. 40000,00/loyang
Rp. 400,00
1%
Rp. 39.600,00
 Aplikasi hukum Weber :
  • Jika Kedua produk diturunkan masing-masing sebesar Rp.400,00 maka perubahan harga untuk beras sebsar 10% (K=10%) dan penurunan untuk pizza sebesar 1%
  • Jika berdasarkan angka absolut, penurunan harga ini tidak tepat. Konsumen akan merasakan perbedaan jika harga beras menjadi Rp.3.600,00 per Kg namun tidak haknya jika pizaa hanya menjadi Rp. 39.600,00
  • Agar konsumen merasakan perbedaan antara stimulus yang dihasilkan dengan dengan stimulus semula maka harus menggunakan persen penurunan dari harga awal, yaitu menetapkan berapa nilai K. Misalnya K adalah 10% maka produsen pizza harus menurunkan harga pizza sebesar Rp.4000,00 menjadi Rp. 36.000/Loyang dan harha beras turun Rp.400,00 menjadi Rp. 3.600,00/Kg.
Riset Mengenai Persepsi Subliminal
                Riset menyangkal pendapat bahwa stimuli subliminal mempengaruhi keputusan membeli konsumen. Serangkaian eksperimen laboratorium yang sangat imajinatif dan diadakan mengikuti dengar pendapat publik tersebut mendukung pendapat bahwa individu dapat merasakan sesuatu di bawah tingkat kesadaran mereka, tetapi tidak menemukan bukti bahwa mereka dapat dibujuk untuk bertindak sebagai respon terhadap stimulasi subliminal.
Mengavaluasi Keefektifan Persusasi Subliminal
                Suatu tinjauan literatur menyatakan bahwa riset persepsi subliminal berdasarkan pada dua pendekatan teoritis, yaitu:
  1. Pengulangan stimuli yang sangat lemah secara terus-menerus mempunyai pengaruh tambahan yang memungkinkan stimuli itu membangun daya tanggapan terhadap berbagai penyajian.
  2. Stimuli seksual subliminal menimbulkan motivasi seksual yang tidak disadari
Meskipun demikian, belum ada studi yang menunjukkan bahwa salah satu pendekatan teoritis ini telah digunakan secara efektif oleh para pemasang iklan untuk meningkatkan penjualan. Ringkasnya, walaupun ada bukti bahwa stimuli subliminal dapat mempengaruhi reaksi afektif, namun tidak ada bukti bahwa stimulasi subliminal dapat mempengaruhi motif atau tindakan konsumsi.
Aspek Persepsi pada hakekatnya  merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar’at, 1991) ada tiga yaitu:
1.    Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.


2.    Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3.    Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
·      Seleksi
Seleksi ini terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psychological set yang dimiliki. Psychological set yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen. Seleksi perseptual Tergantung pada dua faktor utama :
  1. Pengalaman konsumen sebelumnya, karena hal tersebut mempengaruhi harapan-harapan mereka (apa yang mereka siapkan atau “tetapkan” untuk dilihat),
  2. Motif mereka pada waktu itu (kebutuhan, keinginan, minat, dan sebagainya).
·      Organisasi persepsi.
Organisasi persepsi ( Perceptual Organization) berarti bahwa  konsumen  mengelompokkan  informasi dari berbagai sumber kedalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan  yang  berarti  bahwa  berbagai  stimulus  akan  dirasakan  sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh.

·      Interpretasi Perseptual.
Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interpretasi atas stimuli yang diterima oleh konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen baik disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses interpretasi konsumen terdapat hal-hal sebagai berikut :

Akuisisi-Transaksi Utilitas
                Utilitas akuisisi merupakan dirasakan keuntungan ekonomi konsumen atau kerugian yang terkait dengan pembelian.
Fungsi utilitas produk dan harga pembelian
Utilitas Transaksi menyangkut kesenangan yang dirasakan atau ketidaksenangan yang terkait dengan aspek keuangan pembelian. Ditentukan oleh perbedaan antara harga referensi internal dan harga beli.
Kualitas Yang Dirasakan Atau Dipersepsikan
                Para konsumen sering menilai kualitas suatu produk atau jasa berdasarkan berbagai macam isyarat informasi, beberapa diantaranya intrinsik terhadap produk (seperti, warna, ukuran, rasa, aroma), sedangkan yang lain bersifat ekstrinsik (misalnya, harga, citra toko, citra merk, lingkungan jasa). Dalam keadaan tidak adanya pengalaman langsung atau informasi lain, parakonsumen sering mengandalkan harga sebagai indikator kualitas.
Skala SERVQUAL, dirancang untuk mengukur kesenjangan harga antara harapan pelanggan mengenai pelayanan dan persepsi konsumen mengenai pelayanan yang diberikan, yang didasarkan pada lima dimensi berikut ini:
·         Tangibles: Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan bahan komunikasi
·         Reliabilitas : Kemampuan keandalan untuk melakukan layanan yang dijanjikan dependably dan akurat
·         Responsiveness : Kesediaan Responsiveness untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat
·         Asuransi : Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menyampaikan kepercayaan dan keyakinan
·         Empati  : Peduli, perhatian individual perusahaan menyediakan pelanggan
 Risiko Persepsi
Menurut Dowling (1986) (dalam Ferrinadewi 2008) persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang tidak pasti misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru. Berbagai penelitiann berhasil dilakukan oleh beberapa ahli dan hasilnya dirangkum oleh Mowen dan Minor (2001) :
1)      Resiko keuangan, resiko yang hasilnya akan merugikan konsumen secara keuangan.
2)      Resiko kinerja, resiko bahwa produk tidak akan memberika kinerja yang diharapkan.
3)      Resiko fisik, resiko bahwa produk secara fisik akan melukai konsumen.
4)      Resiko psikologis, resiko bahwa produk akan menurunkan citra diri konsumen.
5)      Resiko sosial, resiko bahwa lingkungan sekitar akan mengejek pembelian produk.
6)      Resiko waktu, resiko bahwa sebuah keputusan akan menghabiskan banyak waktu.
7)      Opportunity Loss, resiko bahwa dengan melakukan sebuah tindakan konsumen akan merasa     rugi jika melakukan hal lin yang benar-benar ingin ia lakukan.
Para konsumen mengembangkan strategi mereka sendiri untuk mengurangi resiko yang diharapkan meliputi:
  • Konsumen mencari informasi,
  • Konsumen setia kepada merk,
  • Konsumen memilih berdasarkan citra merk,
  • Konsumen mengandalkan citra toko (pedagang ritel yang mempunyai nama baik),
  • Konsumen membeli model yang termahal,
  • Konsumen memberi jaminan.

Kamis, 30 Mei 2013

Ketahanan Nasional DI Bidang Sosial Budaya

KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG SOSIAL BUDAYA
Gunadarma
Disusun Oleh:
Nama : Andi Pamelya Rifhadini
NPM : 10211740
Kelas: 2EA14

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012/2013

      
KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG SOSIAL BUDAYA




Disusun Oleh:
Nama : Andi Pamelya Rifhadini
NPM : 10211740
Kelas : 2EA14

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Dan Ujian Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA

2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Politik & Strategi Nasional”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Pancasila Bpk.JUMHARIJINIS.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Kewarganegaraan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Politik & Strategi Nasional, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Kewarganegaraan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Kewarganegaraan yang ditinjau dari Politik & Strategi Nasional, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
  
   Depok, 13 Mei 2013

Penulis,
Andi Pamelya Rifhadini

Kata Pengantar……………………………………………………………………….        i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………...        ii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………..        4
1.1    Latar Belakang ……………………………………………………………………        4
1.2    Perumusan Masalah ………………………………………………………………        5
1.3    Tujuan …………………………………………………………………………….        5
1.4    Manfaat …………………………………………………………………………...        5
1.5    Sistematika Penulisan …………………………………………………………….        5
Bab II  Landasan Teori ...............................................................................................        7
2.1    Ketahanan Nasional ……………………………………………………………....        7
2.2    Falsafah Ketahananan Nasional …………………………………………..………       7
2.3    Sifat-Sifat Ketahanan Nasional ………………………………………………..….       9
2.4    Macam-Macam Ketahanan Nasional …………………………………………......        10
Bab  III Metode Analisis …………………………………..…………………………        11
3.1 Objek Analisis ………………………………………..……………………………        11
3.2 Dasar Pemilihan Objek ……………………………………………………..……..        11
3.3 Teknik dan Alat Pengumpul Data …………………………..……………………..       11
3.3.1 Teknik Pengumpul Data …………………………………………………………       11
3.3.2 Alat Pengumpul Data ………………………………………….………………..        11
3.4 Metode Analisis …………………………………………………………………...        12
Bab  IV Pembahasan …………………………………………………………………       13
4.1 Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya …………..………………………..        13
4.2 Aspek Sosial Budaya ………………………………………………………………       13
4.2.1 Struktur Sosial di Indonesia ……………………………………………………..       13
4.2.1 Kondisi Budaya di Indonesia ……………………………………………………       14
4.3 Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia …………………………….          15       
Bab V Penutup ………………………………………………………………………         17
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….         17
5.2 Saran ………………………………………………………………………………        17       
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….        18
CV …………………………………………………………………………………….        19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur. Memiliki keragaman budaya yang tersebar di pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian, adat-istiadat hingga makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran jika begitu banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa saja budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda terkadang melupakan budaya daerah kita. Ironis memang, orang Indonesia tetapi tak tahu ciri khas bangsanya sendiri. Lihat diri kita masing-masing, sebetulnya kita jugalah yang tidak mau tahu akan keluhuran budaya sendiri. Ketertarikan budaya yang semakin meluntur juga sangat nampak pada diri generasi muda saat ini. Salah satunya karena globalisasi.
Menyinggung era globalisasi, tentu juga akan berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal ini bisa dirasakan dan sangat menonjol nampaknya. Begitu bebas budaya yang masuk dari berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat mendukung masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita yang terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya budaya dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya berpakaian, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Kesemua itu berdampak sangat buruk dan dengan mudah dapat menggeser budaya asli Indonesia.
Kita sebenarnya belum siap menerima era globalisasi. Gaya hidup kita semakin menjurus ke arah barat yang individual dan liberal. Budaya gotong-royong pun semakin memudar. Dari segi iptek, sebagian besar juga berdampak buruk bagi kita. Yakni penyalahgunaan teknologi kerap kali terjadi. Kemudian, belum ada filterisasi budaya yang masuk. Begitu mudah budaya masuk tanpa ada penyaringan kesesuaian dengan budaya asli kita. Akibatnya kita seperti berjalan mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Tetapi sayangnya budaya luhur yang dulu melekat dalam diri, perlahan semakin menghilang. Parahnya, budaya daerah yang ada dan kita junjung tinggi justru semakin kita abaikan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Ketahanan Nasional?
2.      Apa yang dimaksud dengan Sosial Budaya?
3.      Apa kasus dari penganalisisan Sosial Budaya?

1.3  Tujuan
1.      Untuk menyelesaikan syarat tugas dan ujian program studi Kewarganegaraan.
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya.
3.      Untuk menganalisis permasalahan di dalam Sosial Budaya di Indonesia.

1.4  Manfaat
1.      Mahasiswa dapat menambah pengetahuan Kewarganegaraan.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan dalam Sosial Budaya.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan antara Ketahanan Nasional dan Sosial Budaya.

1.5  Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Sistematika Penulisan                      

Bab II Landasan Teori
2.1 Ketahanan Nasional
2.2 Falsafah Ketahanan Nasional
2.3 SIfat-Sifat Ketahanan Nasional
2.4 Macam-Macam Ketahanan Nasional

Bab III Metode Analisis
3.1 Objek Analisis
3.2 Dasar Pemilihan Objek
3.3 Teknik dan Alat Pengumpul Data
3.3.1 Teknik Pengumpul Data
3.3.2 Alat Pengumpul Data
3.4 Metode Analisis

Bab IV Pembahasan
4.1 Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya
4.2 Aspek Sosial Budaya
4.2.1 Struktur Sosial Budaya
4.2.2 Kondisi Budaya di Indonesia
4.3 Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran       


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergi. Hal demikian itu, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bagsa, dan Negara. Dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional.hakikat
Ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mecapai tujuan nasional.
Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan sosial budaya warga negara Indonesia perlu, kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

2.2 Falsafah Ketahanan Nasional
Falsafah dan ideology juga menjadi pokok pikiran. Hal ini tampak dari makna falsafah dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Alinea pertama menyebutkan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Maknanya: Kemerdekaan adalah hak asasi manusia.
b. Alinea kedua menyebutkan: “… dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.” Maknanya: adanya masa depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea ketiga menyebutkan: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini Kemerdekaannya.” Maknanya: bila Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat ridlo Allah yang merupakan dorongan spiritual.
d. Alinea keempat menyebutkan: “Kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh bagi seluruh rakyat Indonesia.” Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.




2.3 Sifat-Sifat Ketahanan Nasional

Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.
Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula kewibawaannya.
Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

2.4 Macam-Macam Ketahanan Nasional
1. Ketahanan umum adalah kemampuan dalam melakukan kerja dengan melibatkan beberapa
kelompok otot atau seluruh kelompok otot, sistem pusat syaraf, neuromusculer, dan
kardiorespirasi dalam jangka waktu yang lama.
2. Ketahanan khusus adalah ketahanan yang hanya melibatkan sekelompok otot lokal
Ketahanan umum melibatkan seluruh potensi organ dalam tubuh sebagai dasar dari semua.

BAB III
METODE ANALISIS

3.1 Objek Analisis
Objek  analisis ini adalah mengenai Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya, dalam analisis ini membahas tentang Pengklaiman Malaysia terhadap Budaya Indonesia.

3.2 Dasar Pemilihan Objek
Objek analisis ini akan membahas tentang Pengklaiman Malaysia terhadap Budaya Indonesia. Pengklaiman di Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia terjadi sejak era Presiden Soekarno. Hingga beberapa waktu yang baru-baru ini Batik Indonesia di klaim milik Malaysia.

3.3  Teknik dan Alat Pengumpul Data

3.3.1        Teknik Pengumpul Data
Teknik yang digunakan  dalam pengumpulan data analisis adalah teknik langsung, artinya peneliti mengumpulkan data melalui bahan-bahan kepustakaan.

3.3.2 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan adalah buku-buku yang terdapat bahan-bahan adanya data mengenai Ketahanan Nasional dan Sosial Budaya. Selain itu Media juga salah satu alat pengumpul data tersebut, sehingga menjadi laporan hasil penelitian.


3.4  Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis yaitu mengidentifikasi permasalahn berdasaran fakta dan data yang ada enganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lain nya.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya
Ketahanan dibidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman,gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan Negara RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD1945
4.2 Aspek Sosial Budaya
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri hidup bersama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.

Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Karena itulah dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang datang dari lingkungan.

Aspek sosial biasanya mengacu pada masalah struktur sosial dan pola hubungan sosial yang ada di dalamnya, sedangkan kalau kita bicara aspek budaya, mengacu pada kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Atas dasar itu, maka hal tersebut akan dibicarakan dalam bahasan berikut.

4.2.1 Struktur Sosial di Indonesia
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan suku-bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi dimensional telah menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horizontal, sementara sratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada masyarakat Indonesia akan memberi bentuk pada integrasi.
Oleh karena itulah maka timbul persoalan yang timbul dari struktur masyarakat Indonesia yang demikian adalah bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan nasional yang mantap.
4.2.2 Kondisi Budaya di Indonesia
Lapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan yang diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan berpakaian, kebiasaan konsumsi makanan dan sebagainya. Semua itu menambah keanekaragaman tampilan budaya masyarakat Indonesia.
Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan lain dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan nasional atau kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan daerah tertentu tidak sama artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di kepulauan Indonesia.
Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945 dirumuskan sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh Indonesia. Perkataan puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah kebudayaan yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah Indonesia.

4.3 Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia
Pada zaman era presiden soekarno, pengklaiman beberapa wilayah indonesia yaitu Sipadan Ligitan juga Blok Ambalat oleh Malaysia pernah membuat hubungan antar kedua negara ini menjadi cukup tegang hingga muncul istilah “Ganyang Malaysia”. Seiring dengan redanya isu tersebut, muncul kembali kasus yang membuat negara indonesia terusik dan teganggu dengan pengklaiman berbagai kebudayaan indonesia oleh negara tetangga Malaysia. Dahulu kasus pengklaiman wilayah indonesia tak cukup menjadikan kedua negara ini bermasalah dan beritanya hilang seiring berjalannya waktu.
Namun, beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman beberapa kebudayaan asli indonesia oleh Malaysia diantaranya adalah batik tulis, wayang kulit, lagu rasa sayange, angklung, reog ponorogo hingga makanan khas minang dari salah satu wilayah indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari Malaysia. Sungguh mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu makanan khas Indonesia diklaim sebagai kebudayaan Malaysia. Apakah Malaysia tidak memiliki kebudayaan, sampai-sampai dalam berbagai aspek kebudayaan indonesia diklaim sebagai miliknya!!
Lalu kasus Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya berbagai demonstrasi di Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi yang dilakukan di depan kedubes malaysia oleh para “warok” dan para budayawan reog ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman Malaysia atas Reog Ponorogo dengan nama Barongan. Kasus ini cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan masyarakat, khususnya dari pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman tersebut. Karena pemerintah kabupaten Ponorogo sebenarnya telah mendaftarkan tarian reog ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo yang tercatac dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan disaksikan langsung oleh Menteri Hukum dan HAM RI.
Konon awal mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh TKI yang bekerja di Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan tarian Reog Ponorogo untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia tetapi polisi Malaysia memberikan syarat jika reog tetap ingin dimainkan maka namanya harus diubah menjadi “Singa Barongan UMNO”.
Kasus lain yang cukup menghebohkan, yaitu diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni yang berasal dari Malaysia. Seni batik ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dari mulai kerajaan Majapahit dan hingga di gunakan sebagai pakaian untuk para Raja di dalam kerajaan. Dan Malaysia pun mungkin iri dan ingin memiliki batik indonesia untuk diperkenalkan kepada dunia bahwa Batik merupakan karya seni yang berasal dari Malaysia. Hingga pada akhirnya pemerintah indonesia menetapkan tanggal 02 oktober sebagai hari Batik Indonesia..

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa, ada satu cara untuk mempertahankan dan melestarikan budaya kita. Yaitu memanfaatkan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat. Perkembangan teknologi informasi seperti internet, handphone, radio maupun televisi, merupakan sarana yang paling efektif dalam upaya pengenalan seluruh budaya Indonesia pada masyarakat luas khususnya pelajar. Sekaligus sebagai upaya mempertahankan budaya kita dari ancaman pengakuan budaya oleh negara lain.

5.2 Saran
Sebagai jiwa muda Indonesia, kita wajib mempertahankan dan melestarikan Budaya-Budaya milik Indonesia. Jangan sampai Negara-Negara lain mengklaim Budaya kita. Karena banyak sekali di Indonesia ini Budaya-Budaya yang harus kita ketahui, dan ada banyak sekali Budaya di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

·         Budiardjo,: Pendidikan Kewarganegaraan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
·         Zubaidi, H. Achmad, dkk.2002.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Yogyakarta: Paradigma.
·         Kertapati, Ton, Drs, H. 1988. Ketahanan Nasional Indonesia dalam Penerangan Pembangunan. Jakarta: Pradnya Paramita
·         Alkhodiah, sabarti, dkk. 1996. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.
·         Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta , PT. Bumi Aksara 2008

CURRICULUM VITAE


Nama                                       : Andi Pamelya Rifhadini
Alamat                                    : Jl. Tipar Tengah
Telepon                                   : 081219588356
Email                                       : andipamelya@yahoo.com
Tempat Tanggal Lahir             : Jakarta, 14 September 1992
Status                                      : Belum Nikah
Agama                                     : Islam