Kamis, 30 Mei 2013

Ketahanan Nasional DI Bidang Sosial Budaya

KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG SOSIAL BUDAYA
Gunadarma
Disusun Oleh:
Nama : Andi Pamelya Rifhadini
NPM : 10211740
Kelas: 2EA14

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012/2013

      
KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG SOSIAL BUDAYA




Disusun Oleh:
Nama : Andi Pamelya Rifhadini
NPM : 10211740
Kelas : 2EA14

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Dan Ujian Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA

2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Politik & Strategi Nasional”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Pancasila Bpk.JUMHARIJINIS.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Kewarganegaraan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Politik & Strategi Nasional, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Kewarganegaraan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Kewarganegaraan yang ditinjau dari Politik & Strategi Nasional, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
  
   Depok, 13 Mei 2013

Penulis,
Andi Pamelya Rifhadini

Kata Pengantar……………………………………………………………………….        i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………...        ii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………..        4
1.1    Latar Belakang ……………………………………………………………………        4
1.2    Perumusan Masalah ………………………………………………………………        5
1.3    Tujuan …………………………………………………………………………….        5
1.4    Manfaat …………………………………………………………………………...        5
1.5    Sistematika Penulisan …………………………………………………………….        5
Bab II  Landasan Teori ...............................................................................................        7
2.1    Ketahanan Nasional ……………………………………………………………....        7
2.2    Falsafah Ketahananan Nasional …………………………………………..………       7
2.3    Sifat-Sifat Ketahanan Nasional ………………………………………………..….       9
2.4    Macam-Macam Ketahanan Nasional …………………………………………......        10
Bab  III Metode Analisis …………………………………..…………………………        11
3.1 Objek Analisis ………………………………………..……………………………        11
3.2 Dasar Pemilihan Objek ……………………………………………………..……..        11
3.3 Teknik dan Alat Pengumpul Data …………………………..……………………..       11
3.3.1 Teknik Pengumpul Data …………………………………………………………       11
3.3.2 Alat Pengumpul Data ………………………………………….………………..        11
3.4 Metode Analisis …………………………………………………………………...        12
Bab  IV Pembahasan …………………………………………………………………       13
4.1 Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya …………..………………………..        13
4.2 Aspek Sosial Budaya ………………………………………………………………       13
4.2.1 Struktur Sosial di Indonesia ……………………………………………………..       13
4.2.1 Kondisi Budaya di Indonesia ……………………………………………………       14
4.3 Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia …………………………….          15       
Bab V Penutup ………………………………………………………………………         17
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….         17
5.2 Saran ………………………………………………………………………………        17       
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….        18
CV …………………………………………………………………………………….        19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur. Memiliki keragaman budaya yang tersebar di pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian, adat-istiadat hingga makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran jika begitu banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa saja budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda terkadang melupakan budaya daerah kita. Ironis memang, orang Indonesia tetapi tak tahu ciri khas bangsanya sendiri. Lihat diri kita masing-masing, sebetulnya kita jugalah yang tidak mau tahu akan keluhuran budaya sendiri. Ketertarikan budaya yang semakin meluntur juga sangat nampak pada diri generasi muda saat ini. Salah satunya karena globalisasi.
Menyinggung era globalisasi, tentu juga akan berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal ini bisa dirasakan dan sangat menonjol nampaknya. Begitu bebas budaya yang masuk dari berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat mendukung masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita yang terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya budaya dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya berpakaian, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Kesemua itu berdampak sangat buruk dan dengan mudah dapat menggeser budaya asli Indonesia.
Kita sebenarnya belum siap menerima era globalisasi. Gaya hidup kita semakin menjurus ke arah barat yang individual dan liberal. Budaya gotong-royong pun semakin memudar. Dari segi iptek, sebagian besar juga berdampak buruk bagi kita. Yakni penyalahgunaan teknologi kerap kali terjadi. Kemudian, belum ada filterisasi budaya yang masuk. Begitu mudah budaya masuk tanpa ada penyaringan kesesuaian dengan budaya asli kita. Akibatnya kita seperti berjalan mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Tetapi sayangnya budaya luhur yang dulu melekat dalam diri, perlahan semakin menghilang. Parahnya, budaya daerah yang ada dan kita junjung tinggi justru semakin kita abaikan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Ketahanan Nasional?
2.      Apa yang dimaksud dengan Sosial Budaya?
3.      Apa kasus dari penganalisisan Sosial Budaya?

1.3  Tujuan
1.      Untuk menyelesaikan syarat tugas dan ujian program studi Kewarganegaraan.
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya.
3.      Untuk menganalisis permasalahan di dalam Sosial Budaya di Indonesia.

1.4  Manfaat
1.      Mahasiswa dapat menambah pengetahuan Kewarganegaraan.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan dalam Sosial Budaya.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan antara Ketahanan Nasional dan Sosial Budaya.

1.5  Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Sistematika Penulisan                      

Bab II Landasan Teori
2.1 Ketahanan Nasional
2.2 Falsafah Ketahanan Nasional
2.3 SIfat-Sifat Ketahanan Nasional
2.4 Macam-Macam Ketahanan Nasional

Bab III Metode Analisis
3.1 Objek Analisis
3.2 Dasar Pemilihan Objek
3.3 Teknik dan Alat Pengumpul Data
3.3.1 Teknik Pengumpul Data
3.3.2 Alat Pengumpul Data
3.4 Metode Analisis

Bab IV Pembahasan
4.1 Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya
4.2 Aspek Sosial Budaya
4.2.1 Struktur Sosial Budaya
4.2.2 Kondisi Budaya di Indonesia
4.3 Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran       


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergi. Hal demikian itu, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bagsa, dan Negara. Dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional.hakikat
Ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mecapai tujuan nasional.
Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan sosial budaya warga negara Indonesia perlu, kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

2.2 Falsafah Ketahanan Nasional
Falsafah dan ideology juga menjadi pokok pikiran. Hal ini tampak dari makna falsafah dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Alinea pertama menyebutkan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Maknanya: Kemerdekaan adalah hak asasi manusia.
b. Alinea kedua menyebutkan: “… dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.” Maknanya: adanya masa depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea ketiga menyebutkan: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini Kemerdekaannya.” Maknanya: bila Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat ridlo Allah yang merupakan dorongan spiritual.
d. Alinea keempat menyebutkan: “Kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh bagi seluruh rakyat Indonesia.” Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.




2.3 Sifat-Sifat Ketahanan Nasional

Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.
Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula kewibawaannya.
Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

2.4 Macam-Macam Ketahanan Nasional
1. Ketahanan umum adalah kemampuan dalam melakukan kerja dengan melibatkan beberapa
kelompok otot atau seluruh kelompok otot, sistem pusat syaraf, neuromusculer, dan
kardiorespirasi dalam jangka waktu yang lama.
2. Ketahanan khusus adalah ketahanan yang hanya melibatkan sekelompok otot lokal
Ketahanan umum melibatkan seluruh potensi organ dalam tubuh sebagai dasar dari semua.

BAB III
METODE ANALISIS

3.1 Objek Analisis
Objek  analisis ini adalah mengenai Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya, dalam analisis ini membahas tentang Pengklaiman Malaysia terhadap Budaya Indonesia.

3.2 Dasar Pemilihan Objek
Objek analisis ini akan membahas tentang Pengklaiman Malaysia terhadap Budaya Indonesia. Pengklaiman di Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia terjadi sejak era Presiden Soekarno. Hingga beberapa waktu yang baru-baru ini Batik Indonesia di klaim milik Malaysia.

3.3  Teknik dan Alat Pengumpul Data

3.3.1        Teknik Pengumpul Data
Teknik yang digunakan  dalam pengumpulan data analisis adalah teknik langsung, artinya peneliti mengumpulkan data melalui bahan-bahan kepustakaan.

3.3.2 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan adalah buku-buku yang terdapat bahan-bahan adanya data mengenai Ketahanan Nasional dan Sosial Budaya. Selain itu Media juga salah satu alat pengumpul data tersebut, sehingga menjadi laporan hasil penelitian.


3.4  Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis yaitu mengidentifikasi permasalahn berdasaran fakta dan data yang ada enganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lain nya.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya
Ketahanan dibidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman,gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan Negara RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD1945
4.2 Aspek Sosial Budaya
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri hidup bersama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.

Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Karena itulah dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang datang dari lingkungan.

Aspek sosial biasanya mengacu pada masalah struktur sosial dan pola hubungan sosial yang ada di dalamnya, sedangkan kalau kita bicara aspek budaya, mengacu pada kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Atas dasar itu, maka hal tersebut akan dibicarakan dalam bahasan berikut.

4.2.1 Struktur Sosial di Indonesia
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan suku-bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi dimensional telah menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horizontal, sementara sratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada masyarakat Indonesia akan memberi bentuk pada integrasi.
Oleh karena itulah maka timbul persoalan yang timbul dari struktur masyarakat Indonesia yang demikian adalah bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan nasional yang mantap.
4.2.2 Kondisi Budaya di Indonesia
Lapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan yang diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan berpakaian, kebiasaan konsumsi makanan dan sebagainya. Semua itu menambah keanekaragaman tampilan budaya masyarakat Indonesia.
Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan lain dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan nasional atau kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan daerah tertentu tidak sama artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di kepulauan Indonesia.
Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945 dirumuskan sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh Indonesia. Perkataan puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah kebudayaan yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah Indonesia.

4.3 Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia
Pada zaman era presiden soekarno, pengklaiman beberapa wilayah indonesia yaitu Sipadan Ligitan juga Blok Ambalat oleh Malaysia pernah membuat hubungan antar kedua negara ini menjadi cukup tegang hingga muncul istilah “Ganyang Malaysia”. Seiring dengan redanya isu tersebut, muncul kembali kasus yang membuat negara indonesia terusik dan teganggu dengan pengklaiman berbagai kebudayaan indonesia oleh negara tetangga Malaysia. Dahulu kasus pengklaiman wilayah indonesia tak cukup menjadikan kedua negara ini bermasalah dan beritanya hilang seiring berjalannya waktu.
Namun, beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman beberapa kebudayaan asli indonesia oleh Malaysia diantaranya adalah batik tulis, wayang kulit, lagu rasa sayange, angklung, reog ponorogo hingga makanan khas minang dari salah satu wilayah indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari Malaysia. Sungguh mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu makanan khas Indonesia diklaim sebagai kebudayaan Malaysia. Apakah Malaysia tidak memiliki kebudayaan, sampai-sampai dalam berbagai aspek kebudayaan indonesia diklaim sebagai miliknya!!
Lalu kasus Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya berbagai demonstrasi di Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi yang dilakukan di depan kedubes malaysia oleh para “warok” dan para budayawan reog ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman Malaysia atas Reog Ponorogo dengan nama Barongan. Kasus ini cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan masyarakat, khususnya dari pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman tersebut. Karena pemerintah kabupaten Ponorogo sebenarnya telah mendaftarkan tarian reog ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo yang tercatac dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan disaksikan langsung oleh Menteri Hukum dan HAM RI.
Konon awal mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh TKI yang bekerja di Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan tarian Reog Ponorogo untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia tetapi polisi Malaysia memberikan syarat jika reog tetap ingin dimainkan maka namanya harus diubah menjadi “Singa Barongan UMNO”.
Kasus lain yang cukup menghebohkan, yaitu diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni yang berasal dari Malaysia. Seni batik ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dari mulai kerajaan Majapahit dan hingga di gunakan sebagai pakaian untuk para Raja di dalam kerajaan. Dan Malaysia pun mungkin iri dan ingin memiliki batik indonesia untuk diperkenalkan kepada dunia bahwa Batik merupakan karya seni yang berasal dari Malaysia. Hingga pada akhirnya pemerintah indonesia menetapkan tanggal 02 oktober sebagai hari Batik Indonesia..

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa, ada satu cara untuk mempertahankan dan melestarikan budaya kita. Yaitu memanfaatkan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat. Perkembangan teknologi informasi seperti internet, handphone, radio maupun televisi, merupakan sarana yang paling efektif dalam upaya pengenalan seluruh budaya Indonesia pada masyarakat luas khususnya pelajar. Sekaligus sebagai upaya mempertahankan budaya kita dari ancaman pengakuan budaya oleh negara lain.

5.2 Saran
Sebagai jiwa muda Indonesia, kita wajib mempertahankan dan melestarikan Budaya-Budaya milik Indonesia. Jangan sampai Negara-Negara lain mengklaim Budaya kita. Karena banyak sekali di Indonesia ini Budaya-Budaya yang harus kita ketahui, dan ada banyak sekali Budaya di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

·         Budiardjo,: Pendidikan Kewarganegaraan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
·         Zubaidi, H. Achmad, dkk.2002.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Yogyakarta: Paradigma.
·         Kertapati, Ton, Drs, H. 1988. Ketahanan Nasional Indonesia dalam Penerangan Pembangunan. Jakarta: Pradnya Paramita
·         Alkhodiah, sabarti, dkk. 1996. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.
·         Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta , PT. Bumi Aksara 2008

CURRICULUM VITAE


Nama                                       : Andi Pamelya Rifhadini
Alamat                                    : Jl. Tipar Tengah
Telepon                                   : 081219588356
Email                                       : andipamelya@yahoo.com
Tempat Tanggal Lahir             : Jakarta, 14 September 1992
Status                                      : Belum Nikah
Agama                                     : Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar